Header Ads

test

Somewhere with The Jackir

Sebuah band yang terlalu cepat untuk mengakhiri riwayatnya. Sebuah youth movement yang patut untuk diperhitungkan dari sebuah rilisan mini album mereka. The Jackir, band yang hadir di saat-saat terakhir kebersamaan mereka. Dalam kesempatan ini sengaja saya sadur ulang setelah sebelumnya sempat dimuat disalah satu rilisan free zine lokal (Abodmu #2 :: next issue bout this zine) dan mengumpulkan mereka kembali untuk sebuah dokumentasi catatan perjalanan yang pernah mereka lalui. Cukup sulit juga mengumpulkan mereka kembali yang akhirnya hanya beberapa personil saja yang dapat menuangkan cerita dibalik terciptanya sebuah dokumentasi di akhir kebersamaan. Inilah cerita singkat itu.

Halo goy..!! How are u there.. Gimana betah dengan tempat/kota baru kalian karena yang aku tahu sebagian dari kalian sedang menuntut ilmu di luar kota? Gimana studinya? lagi sibuk apa sekarang? siapa aja orang terakhir ynag ada di the jackir..

The Jackir : pada sehat semua, betah dan sangat nyaman sekali. Studi..? hehehe.. dilancar – lancarkan aja, kebetulan lagi pada libur, semua ujian sudah terlewatkan. Dan sibuk menabung buat rilisan.. Amin.
Masih tetap pada seperti formasi awal.. ekki idhamayanto (vocal), catur hermawanto (gitar), tony salfera ( gitar), arif rahman hakim ( bass ), derry ramadhan ( drum ).

Mantap! jawaban yang optimis banget.. aku suka itu.. mungkin kita langsung cerita - cerita aja. Sempat beberapa kali liat perform kalian, The Jackir muncul cukup beda dan apik, dari player kalian merupakan youth move, salute! apa yang melatar belakangin kalian mencoba memainkan nada tsb..? apa influence terbesar kalian mengingat di Tarakan genre yang seperti kalian anut, baru kalian yang mengcover..?

The Jackir : Wah iya baru kita yang mengcover lagu - lagu seperti itu? mungkin ada, tapi cuman kurang berani dan konsisten aja. Dari awal kebentuk juga kita udah bicarakan bahwa kita disini bakalan mencari kepuasan, kesenangan, dan perbedaan. Kalo influence besarnya lebih ke Britpop era millennium kali ya, kaya Coldplay, Keane, Snow Patrol, Embrace. Ya kadang juga band - band post punk franz ferdinand, interpol, the killers, sampe yang salah kaprah post rock yaitu explosions in the sky. Hehehe..

Di tengah stagnannya band teman – teman di Tarakan dan minimnya rilisan yang ada, The jackir malah muncul dan sempat merilis sebuah mini album yang menurut aku cukup beda, dengan artwork yang cukup ciamik. Bisa ceritakan awal mula kalian berniat untuk kumpul bersama dengan nama The jackir hingga merilis mini album?

The Jackir : Awal mulanya kita pengen aja kaya band - band indie (cutting edge) diluar sana yang punya album sendiri tapi dengan cara dia sendiri tanpa sangkut paut dari orang lain (bebas), mulai dari finance, produksi, distribusi, hingga tetek bengek lainya. Lagian bingung gimana sih biar semua ini ada hasilnya. Nga cuman manggung-manggung, dan ujung-ujungnya bubar tanpa hasil, sejarah, tonggakan, dokumentasi,dll. “masalahnya, kita main di festival nggak bakalan bisa juga, ya karena terkadang ada lagu-lagu wajib yang sangat membatasi kami”. Takutnya juga bakal membunuh karakter band kami ini jika memaksakan ikut festival berlagu wajib. Jadi angan - angan aja pengen punya rilisan yang digarap sendiri. akhirnya dengan niat dan usaha, ya jadilah rilisan anak sma yang tidak seberapa oke itu. Hahahaha…

Tak seberapa oke..!! oke banget malah menurutku goy! trus kenapa memutuskan untuk mengakhiri riwayat The jackir, sedangkan nyatanya di tempat baru kalian menggunakn nama baru yang notabene hampir smua personil merupakan orang lama di The jackir?

The Jackir : Waduh, gimana ya. Hal ini sudah kita bicarakan dulu, kalo udah rilis kita bubar aja, nggak ada yang perlu dipertahankan dan kita bicarakan itu dengan santai aja.. hehe.., tapi setidaknya cita - cita The Jackir itu sudah tercapai dengan EP (mini album). Dan sangat disesalkan lagi jika kami bubar, kami belum punya dokumentasi dari karya – karya kami, “masa seorang musisi band nggak punya karya yang didokumentasikan (entah album atau demo), sayang toh karyanya. Hehe..”

Pernah nggak terpikir untuk mengcover lagu The Jackir diproject kalian yang baru (Lazyroom)? mungkin dengan arrensmen yang beda dan gila lagi..?
Udah ada tuh, yang ada di demo lazy room judulnya my eyes #2. Kenapa ada embel – embel “#2”, itu karena dulunya lagu The Jackir, kita rombak total arrensmennya, dan kami hanya mengambil lirik nya aja. Karena kalo dilihat dilagu my eyes yang di album the jackir itu, itu adalah lagu kami yang paling payah dan nggak jelas arahnya. Hahahahahaha…

Bisa ceritakan tentang proses mini album kalian kemaren hingga rilis..? sebab aku suka artworknya. siapa yang buat? Kaki siapa itu? Berapa duit yang kalian habiskan untuk mini album ini..?

Prosesnya singkat. Dimana pada saat kita di kelas 3 SMA, kita terpikir untuk mendokumentasikan karya kita sebelum kita pisah dengan cara merillis album. Awalnya sempat pesimis juga, bisa apa nggak, karena kita anak sekolah, penghasilan masih dari orang tua, kemudian muncul pertanyaan besar, “dari mana kita dapat dana untuk membuat album?”. Tapi banyak jalan menuju Roma, hehehe… Akhirnya ada sebuah event akustik, dan kita tertarik, dikarenakan tidak ada lagu wajibnya, kita daftar, main (waktu itu coverin lagu radiohead, high and dry), dan juara. Hasilnya cukup buat dana recording kita di studio yodokysy yang kemarin di operatorin sama om dwie (makasih ya om, hehe..) yang sekaligus mixing dan mastering lagu kita. Dan permasalahannya lagi, kita nggak ada dana buat produksi, mulai dari cover, cd, dll. Dan keberuntungan ada dipihak kita lagi, kita menjuarai sebuah event besar cipta lagu gitu, “indie flexi” yang waktu itu dapat juara 2, dari situ lah kita punya dana buat memproduksi album.
Duit yang kita dapatkan dari juara - juara tersebut kita tabung (tanpa foya foya ) untuk dana rilisan semuanya. Ya kurang lebih sekitar 3 jutaan. Mulai dari recording, cover, cd, dll. Untuk produksi, kita hanya produksi 200 copy. Biaya itu semua kita dapatkan dari jerih payah kita sendiri, tanpa ada donatur, produser, bahkan orang tua kami sekalipun.
Oh iya, EP (mini album) nya juga kita jual dari Rp 5.000 sampai Rp 10.000. Aneh kan kenapa beda ? karena kita pengen tau, seberapa besar karya kami bisa “dihargai”.
Kalo urusan artworknya dikerjakan sama yudhis (kebetulan doi adalah kakak si drummer yang berada di jogja) dan itu kakinya adi langkaw, dimana packingnya kita meniru album demo dari band “zeke and the popo” (Jakarta). Dengan menggunakan lipatan karton. Mungkin kalo diluar kota udah basi kali ya. Hehehehe…

Sedikit menyinggung tentang project kalian (Lazyroom). Dari sisi musiknya, nggak jauh beda dengan The jackir. Apa memang lazyroom merupakan adiknya The jackir? seperti apa awal mulanya sampai lazyroom terbentuk?

Wah, kalo dibilang nggak jauh beda susah juga sih, mengingat lagu the Jackir masih kurang dapetin rootnya, tapi mungkin ada beberapa lagu yang benang merahnya sama yaitu pop (dreampop/ambient). Di lazyroom kita lebih penjurusan dan penetapan genre aja (dreampop)

Okeh.. nice... sukses buat kalian..! Ada kalimat terakhir yang ingin kalian taruh disini..!?

E : ciumlah kedua orang tuamu sebelum mencium pacarmu.. hehehe
D : jangan takut dibilang bandmu aneh dan nggak pasaran.
C : rajin menabung agar kelak menjadi kaya.. :P
A : waspada terhadap sistem dajjal.. hahaha...

Silahkan berbagi playlist..?

E : kings of convenience – cayman island, travis – closer, frau – mesin penenun hujan, zoo – manekin bermesin, anda – pusaran.
D : anggisluka – superego, ghaust – torchlight, homicide – rima ababil, cascade – hipnotizer, souldelay – shooting stars …support local lah.
C : individual life – lalulang, caspian – some are white light edit, radiohead – everything in its right place, sigur ros – poplagio, mika – lolypop
A : the milo – dreams, heinrich manuver – irasional, motek – second, the morning after - #1

Thanks, goy!

No comments

silahkan raw disini!