GATT, band Grindcore Jakarta Mendunia Berkat Myspace
"Pribadi-pribadi kita bukanlah hal yang terlalu penting untuk diketahui. Yang terpenting adalah musik atau karya dari GATT sendiri."
Pernyataan tersebut ditulis (Ä).F. dari GATT menanggapi pertanyaan Tempo mengenai alasan para personel GATT menolak nama asli mereka ditulis. Mereka hanya bersedia menyebutkan inisial nama mereka untuk dipublikasikan.
"Sebenarnya ini semua nggak maksud untuk sombong atau negatif. Tapi hanya attitude low-profile band aja yang mau kita tetap jaga," lanjut (Ä).F.
Sikap GATT tak lepas dari pengaruh salah satu band favorit mereka, Corrupted. Band sludge metal asal Jepang tersebut menolak diwawancara ataupun difoto. Mereka punya prinsip hanya ingin dikenal dari musik, lirik, dan karya mereka.
GATT adalah (Ä).F. pada gitar, D.L. pada drum, dan U.A.P. pada bass. Mereka semua bukan anak bau kencur di dunia musik bawah tanah Jakarta. (Ä).F., 31 tahun, merupakan salah satu bekas pendiri band hardcore legendaris Jakarta, Stepforward. D.L, 33 tahun, saat ini masih sering kesetanan menggebuk drum di band post-hardcore, Fall. Sementara U.A.P, 24 tahun, tercatat sebagai gitaris post-metal Jakarta yang tengah meroket, Ghaust.
Beberapa tinjauan dari situs-situs luar negeri menyebut mereka beraliran musik grindcore, grind-crust dan lain-lain. Namun, para personal GATT membebaskan pendengarnya untuk mendefinisikan musik mereka.
"Mau dibilang grind, kok kayaknya nggak yah. Mau dibilang thrash, nggak juga. Jadi cukup lucu juga, karena pada akhirnya orang yang dengar GATT punya interpretasi yang beda-beda tentang genre musik ini," kata (Ä).F. "Yah bebas aja lah, terserah."
GATT sendiri relatif jarang terdengar di acara-acara musik bawah tanah di Jakarta. Namun, karya-karya cukup memikat band-band legendaris dari luar negeri. Contohnya, GATT sukses membuat split CD dengan salah satu band mbahnya cadas lawas, Agathocles.
Salah satu yang membuat GATT cenderung kurang terkenal di khalayak musik bawah tanah Jakarta adalah penyebaran rilisan mereka yang terbatas. Dari tiga rilisan yang telah dikeluarkan GATT, masing-masing hanya beredar di Indonesia sekitar 50 keping.
GATT terbentuk pada November 2007. Ketiga personel GATT biasa nongkrong bareng di sekitar Jalan Lamandau, Jakarta Selatan. Di daerah tersebut kebetulan terdapat studio musik Firecatz.
"Pada suatu malam pas lagi ngobrol-ngobrol pepesan kosong tentang musik, kita bertiga berkhayal betapa menyenangkannya yah kalau kita bisa memiliki rilisan dalam format vinyl (apapun itu 12", 10" atau 7", yang penting vinyl). Tanpa berpikir panjang keluarlah ide untuk bikin band yang benar-benar fokus hanya merilis dalam format vinyl," kata (Ä).F.
Ide nama GATT sendiri muncul cukup unik. Menurut (Ä).F., saat itu U.A.P baru pulang dari ujian mengenai hukum internasional di kampusnya. U.A.P sendiri tercatat sebagai mahasiswa hukum sebuah universitas di Jakarta.
Sekonyong-konyong, U.A.P mengusulkan nama GATT yang merupakan akronim dari General Agreement on Tariffs and Trade. Ide U.A.P diamini D.L dan (Ä).F. "Kita pun ketawa-ketawa dan sepakat untuk pakai nama GATT," kata (Ä).F.
Setelah terbentuk, GATT pun mulai mengumpulkan materi untuk ditawarkan ke label-label internasional. Sebab, GATT memang memproyeksikan diri untuk merilis album dalam format vinyl.
"Nggak ada satu pun label yang memberi tanggapan positif. Mungkin karena biaya memproduksi vinyl sangatlah mahal dibandingkan dengan CD," aku (Ä).F.
Namun, Dewi Fortuna masih menaungi GATT. Awal 2008, band hardcore asal California, Black Hole of Calcutta, mengontak GATT. Black Hole of Calcutta tertarik membuat split bersama GATT dalam format 7" setelah mendengarkan GATT di situs myspace mereka, www.myspace.com/gattcrusher.
Tidak lama setelah itu, Black Hole of Calcutta ditawari BroederKont Records yang bekerja sama dengan Starving Time Recoreds. Enam bulan kemudian, GATT dikirimi 25 vinyl GATT/Black Hole of Calcutta sebagai royalti.
Berkat rilisan awal dengan Black Hole of Calcutta, lebel-label rekaman di Amerika Serikat mulai melirik GATT. GATT pun akhirnya merilis CD split dengan Agathocles di bawah bendera Bloodspit Records dan Jerk Off Records pada awal 2009. Rilisan terbaru GATT adalah split dengan Infernal Stronghold berformat vinyl "7. Infernal Stronghold pun tertarik setelah mendengarkan GATT di situs myspace mereka.
Berbeda dengan split GATT/Black Hole of Calcutta, split GATT/Infernal Stronghold juga menyertakan emblem atau patches sebagai bonus. Vinylnya pun berwarna oranye kekuning-kuningan. "Jadi rilisan ini benar-benar collector edition yang hanya diproduksi 500 keping vinyl," ujar (Ä).F.
Dari lima lagu di split GATT/Infernal Stronghold, empat lagu terdapat di CD split GATT/Agathocles. Hanya lagu "Here Comes the Death" yang tidak ada di CD split GATT/Agathocles. Lagu tersebut merupakan salah satu favorit dari Infernal Stronghold yang membuat GATT berkolaborasi dengan mereka.
Dalam albumnya, GATT menawarkan musik bising yang padat dan singkat. Rata-rata lagu GATT bertempo di bawah 1 menit. Bahkan, lagu Humanimal di album split GATT/Agathocles hanya berdurasi 17 detik.
Pergantian tempo dari cepat ke sedang yang berulang-ulang membuat lagu-lagu GATT tidak membosankan. Diset dengan gitar low tunes dan irama drum D-beat serta vokal yang seakan hanya menjadi pelengkap bunyi karena artikulasi lirik kurang jelas, GATT mengingatkan band-band old skool grindcore macam Napalm Death, Brutal Truth, Terrorizer dan lainnya.
Pengaruh jenis musik hardcore macam Discharge juga terasa dalam lagu-lagu GATT terutama dalam dentuman drum D.L. Distorsi dan feedback serta pergantian tempo riff-riff gitar (Ä).F. menjadi karakter bunyi GATT. U.A.P pun ber-growl dengan suara rendah seperti di lagu Fear and Self Intimidation.
Meski senang bisa merilis album split dengan band besar luar negeri macam Agathocles, GATT mengaku kurang puas. "Kita kurang puas dengan hasil produksi tiga label tersebut. Agathocles pun ternyata memberikan materi lamanya yang belum pernah dirilis," ujar (Ä).F.
Saat bermain gitar di GATT, (Ä).F. mengaku tidak tahu terpengaruh siapa. Namun, (Ä).F. menegaskan dirinya menyukai permainan Chris Miller 'Stig' dari band crust-punk, Amebix, dan Matt Pike dari band heavy metal Amerika Serikat, High on Fire.
(Ä).F. mengatakan permainannya di GATT lebih sederhana ketimbang saat ia menggawangi Stepforward. Sebab, menurut (Ä).F., struktur musik di Stepforward lebih rumit.
Sementara U.A.P mengatakan dirinya tidak terlalu banyak mendapat pengaruh dari pemain-pemain bas lain. Karena, U.A.P pada dasarnya adalah pemain gitar. "Kalau untuk vokal, saya menyukai suara Hevi dari Corrupted. Old skool death metal growl! Tapi saya tidak bisa bersuara serendah itu. Terlalu berat untuk saya," tulis U.A.P melalui email.
Berbeda dengan mayoritas band beraliran grindcore lain, D.L hanya menggunakan satu pedal di GATT. D.L juga memiliki referensi D-beat dari band seperti Discharge, Martyrdod, Totalitar, dan Framtid.
Hingga saat ini, GATT belum tampil di perhelatan musik bawah tanah di Jakarta. Padahal, tawaran deras menghunjam tidak hanya dari Jakarta. Negeri-negeri tetangga seperti Malaysia dan Singapura pun kerap mengajak GATT tampil di sana. Akibat tak pernah tampil, muncul selentingan GATT menolak manggung. Namun, kabar tersebut ditampik (Ä).F.
Menurut (Ä).F., GATT tidak pernah manggung karena kesibukan masing-masing personel. U.A.P saat ini masih memiliki jadwal yang padat dengan Ghaust serta urusan skripsi. (Ä).F. dan D.L. sendiri saat ini memiliki pekerjaan tetap. Belum lagi D.L. juga mempunyai jadwal manggung yang padat bersama bandnya, Fall.
Seluruh lagu GATT menggunakan bahasa Inggris. Ketika ditanya apakah mereka latah dengan band-band indie yang menggunakan lirik bahasa Inggris, (Ä).F. menjawab, "Nggak latah sih, tapi yang pasti pakai lirik bahasa Inggris jauh lebih mudah. Tapi untuk kebutuhan saat ini karen kami merilis di label International. Ternyata kerasa banget kalo pake lirik bahasa Inggris jauh lebih mudah diterima."
Meski awalnya merupakan proyek iseng, untuk ke depannya, para personel GATT berharap bisa tampil di negara-negara Skandinavia, Amerika Serikat, Inggris Raya, dan Jepang. "Kebetulan banyak teman-teman di sana yang mau membantu dan menawarkan, tapi belum ada yang menawarkan plus dengan tiket pesawat pulang pergi aja," seloroh (Ä).F.
Selain itu, GATT berharap bisa merilis album split ataupun album penuh dalam format vinyl 10" dan 12". "Lebih banyak orang yang bisa mendengarkan GATT dan terus berkarya dengan sesuka hati," tambah (Ä).F.
- GATT/Agathocler
- GATT/ Internal Stronghold
sumber: Tempointeratif
Pernyataan tersebut ditulis (Ä).F. dari GATT menanggapi pertanyaan Tempo mengenai alasan para personel GATT menolak nama asli mereka ditulis. Mereka hanya bersedia menyebutkan inisial nama mereka untuk dipublikasikan.
"Sebenarnya ini semua nggak maksud untuk sombong atau negatif. Tapi hanya attitude low-profile band aja yang mau kita tetap jaga," lanjut (Ä).F.
Sikap GATT tak lepas dari pengaruh salah satu band favorit mereka, Corrupted. Band sludge metal asal Jepang tersebut menolak diwawancara ataupun difoto. Mereka punya prinsip hanya ingin dikenal dari musik, lirik, dan karya mereka.
GATT adalah (Ä).F. pada gitar, D.L. pada drum, dan U.A.P. pada bass. Mereka semua bukan anak bau kencur di dunia musik bawah tanah Jakarta. (Ä).F., 31 tahun, merupakan salah satu bekas pendiri band hardcore legendaris Jakarta, Stepforward. D.L, 33 tahun, saat ini masih sering kesetanan menggebuk drum di band post-hardcore, Fall. Sementara U.A.P, 24 tahun, tercatat sebagai gitaris post-metal Jakarta yang tengah meroket, Ghaust.
Beberapa tinjauan dari situs-situs luar negeri menyebut mereka beraliran musik grindcore, grind-crust dan lain-lain. Namun, para personal GATT membebaskan pendengarnya untuk mendefinisikan musik mereka.
"Mau dibilang grind, kok kayaknya nggak yah. Mau dibilang thrash, nggak juga. Jadi cukup lucu juga, karena pada akhirnya orang yang dengar GATT punya interpretasi yang beda-beda tentang genre musik ini," kata (Ä).F. "Yah bebas aja lah, terserah."
GATT sendiri relatif jarang terdengar di acara-acara musik bawah tanah di Jakarta. Namun, karya-karya cukup memikat band-band legendaris dari luar negeri. Contohnya, GATT sukses membuat split CD dengan salah satu band mbahnya cadas lawas, Agathocles.
Salah satu yang membuat GATT cenderung kurang terkenal di khalayak musik bawah tanah Jakarta adalah penyebaran rilisan mereka yang terbatas. Dari tiga rilisan yang telah dikeluarkan GATT, masing-masing hanya beredar di Indonesia sekitar 50 keping.
GATT terbentuk pada November 2007. Ketiga personel GATT biasa nongkrong bareng di sekitar Jalan Lamandau, Jakarta Selatan. Di daerah tersebut kebetulan terdapat studio musik Firecatz.
"Pada suatu malam pas lagi ngobrol-ngobrol pepesan kosong tentang musik, kita bertiga berkhayal betapa menyenangkannya yah kalau kita bisa memiliki rilisan dalam format vinyl (apapun itu 12", 10" atau 7", yang penting vinyl). Tanpa berpikir panjang keluarlah ide untuk bikin band yang benar-benar fokus hanya merilis dalam format vinyl," kata (Ä).F.
Ide nama GATT sendiri muncul cukup unik. Menurut (Ä).F., saat itu U.A.P baru pulang dari ujian mengenai hukum internasional di kampusnya. U.A.P sendiri tercatat sebagai mahasiswa hukum sebuah universitas di Jakarta.
Sekonyong-konyong, U.A.P mengusulkan nama GATT yang merupakan akronim dari General Agreement on Tariffs and Trade. Ide U.A.P diamini D.L dan (Ä).F. "Kita pun ketawa-ketawa dan sepakat untuk pakai nama GATT," kata (Ä).F.
Setelah terbentuk, GATT pun mulai mengumpulkan materi untuk ditawarkan ke label-label internasional. Sebab, GATT memang memproyeksikan diri untuk merilis album dalam format vinyl.
"Nggak ada satu pun label yang memberi tanggapan positif. Mungkin karena biaya memproduksi vinyl sangatlah mahal dibandingkan dengan CD," aku (Ä).F.
Namun, Dewi Fortuna masih menaungi GATT. Awal 2008, band hardcore asal California, Black Hole of Calcutta, mengontak GATT. Black Hole of Calcutta tertarik membuat split bersama GATT dalam format 7" setelah mendengarkan GATT di situs myspace mereka, www.myspace.com/gattcrusher.
Tidak lama setelah itu, Black Hole of Calcutta ditawari BroederKont Records yang bekerja sama dengan Starving Time Recoreds. Enam bulan kemudian, GATT dikirimi 25 vinyl GATT/Black Hole of Calcutta sebagai royalti.
Berkat rilisan awal dengan Black Hole of Calcutta, lebel-label rekaman di Amerika Serikat mulai melirik GATT. GATT pun akhirnya merilis CD split dengan Agathocles di bawah bendera Bloodspit Records dan Jerk Off Records pada awal 2009. Rilisan terbaru GATT adalah split dengan Infernal Stronghold berformat vinyl "7. Infernal Stronghold pun tertarik setelah mendengarkan GATT di situs myspace mereka.
Berbeda dengan split GATT/Black Hole of Calcutta, split GATT/Infernal Stronghold juga menyertakan emblem atau patches sebagai bonus. Vinylnya pun berwarna oranye kekuning-kuningan. "Jadi rilisan ini benar-benar collector edition yang hanya diproduksi 500 keping vinyl," ujar (Ä).F.
Dari lima lagu di split GATT/Infernal Stronghold, empat lagu terdapat di CD split GATT/Agathocles. Hanya lagu "Here Comes the Death" yang tidak ada di CD split GATT/Agathocles. Lagu tersebut merupakan salah satu favorit dari Infernal Stronghold yang membuat GATT berkolaborasi dengan mereka.
Dalam albumnya, GATT menawarkan musik bising yang padat dan singkat. Rata-rata lagu GATT bertempo di bawah 1 menit. Bahkan, lagu Humanimal di album split GATT/Agathocles hanya berdurasi 17 detik.
Pergantian tempo dari cepat ke sedang yang berulang-ulang membuat lagu-lagu GATT tidak membosankan. Diset dengan gitar low tunes dan irama drum D-beat serta vokal yang seakan hanya menjadi pelengkap bunyi karena artikulasi lirik kurang jelas, GATT mengingatkan band-band old skool grindcore macam Napalm Death, Brutal Truth, Terrorizer dan lainnya.
Pengaruh jenis musik hardcore macam Discharge juga terasa dalam lagu-lagu GATT terutama dalam dentuman drum D.L. Distorsi dan feedback serta pergantian tempo riff-riff gitar (Ä).F. menjadi karakter bunyi GATT. U.A.P pun ber-growl dengan suara rendah seperti di lagu Fear and Self Intimidation.
Meski senang bisa merilis album split dengan band besar luar negeri macam Agathocles, GATT mengaku kurang puas. "Kita kurang puas dengan hasil produksi tiga label tersebut. Agathocles pun ternyata memberikan materi lamanya yang belum pernah dirilis," ujar (Ä).F.
Saat bermain gitar di GATT, (Ä).F. mengaku tidak tahu terpengaruh siapa. Namun, (Ä).F. menegaskan dirinya menyukai permainan Chris Miller 'Stig' dari band crust-punk, Amebix, dan Matt Pike dari band heavy metal Amerika Serikat, High on Fire.
(Ä).F. mengatakan permainannya di GATT lebih sederhana ketimbang saat ia menggawangi Stepforward. Sebab, menurut (Ä).F., struktur musik di Stepforward lebih rumit.
Sementara U.A.P mengatakan dirinya tidak terlalu banyak mendapat pengaruh dari pemain-pemain bas lain. Karena, U.A.P pada dasarnya adalah pemain gitar. "Kalau untuk vokal, saya menyukai suara Hevi dari Corrupted. Old skool death metal growl! Tapi saya tidak bisa bersuara serendah itu. Terlalu berat untuk saya," tulis U.A.P melalui email.
Berbeda dengan mayoritas band beraliran grindcore lain, D.L hanya menggunakan satu pedal di GATT. D.L juga memiliki referensi D-beat dari band seperti Discharge, Martyrdod, Totalitar, dan Framtid.
Hingga saat ini, GATT belum tampil di perhelatan musik bawah tanah di Jakarta. Padahal, tawaran deras menghunjam tidak hanya dari Jakarta. Negeri-negeri tetangga seperti Malaysia dan Singapura pun kerap mengajak GATT tampil di sana. Akibat tak pernah tampil, muncul selentingan GATT menolak manggung. Namun, kabar tersebut ditampik (Ä).F.
Menurut (Ä).F., GATT tidak pernah manggung karena kesibukan masing-masing personel. U.A.P saat ini masih memiliki jadwal yang padat dengan Ghaust serta urusan skripsi. (Ä).F. dan D.L. sendiri saat ini memiliki pekerjaan tetap. Belum lagi D.L. juga mempunyai jadwal manggung yang padat bersama bandnya, Fall.
Seluruh lagu GATT menggunakan bahasa Inggris. Ketika ditanya apakah mereka latah dengan band-band indie yang menggunakan lirik bahasa Inggris, (Ä).F. menjawab, "Nggak latah sih, tapi yang pasti pakai lirik bahasa Inggris jauh lebih mudah. Tapi untuk kebutuhan saat ini karen kami merilis di label International. Ternyata kerasa banget kalo pake lirik bahasa Inggris jauh lebih mudah diterima."
Meski awalnya merupakan proyek iseng, untuk ke depannya, para personel GATT berharap bisa tampil di negara-negara Skandinavia, Amerika Serikat, Inggris Raya, dan Jepang. "Kebetulan banyak teman-teman di sana yang mau membantu dan menawarkan, tapi belum ada yang menawarkan plus dengan tiket pesawat pulang pergi aja," seloroh (Ä).F.
Selain itu, GATT berharap bisa merilis album split ataupun album penuh dalam format vinyl 10" dan 12". "Lebih banyak orang yang bisa mendengarkan GATT dan terus berkarya dengan sesuka hati," tambah (Ä).F.
- GATT/Agathocler
- GATT/ Internal Stronghold
sumber: Tempointeratif
Post a Comment