Header Ads

test

The King Of Limbs

Sembilan belas tahun silam, single ‘Creep’ membuat dunia mulai memerhatikan lima laki-laki dari Abingdon, Inggris, yang menyebut diri mereka Radiohead. Beberapa pihak mencoba memandang dengan seksama, sementara beberapa lainnya memilih hanya menggunakan sebelah matanya.
Seorang kontributor di media musik yang berpengaruh bahkan menyebut mereka “a lily livered excuse for a rock band”. Ia mungkin sedikit malu saat ini mengetahui band tersebut menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Menjadi bagian dari sejarah musisi-musisi lain yang menjawab, ” Radiohead” ketika ditanya seputar inspirasi. Mungkin. Bagaimanapun musik turut menyangkut selera. Dan selera sulit diperdebatkan. Walau untuk Radiohead, sangat sulit mencari nilai minusnya.
Sembilan belas tahun tak membuat Thom Yorke, Jonny Greenwood, Ed O’Brien, Colin Greenwood dan Phil Selway kehabisan ide untuk meracik dan menciptakan sesuatu yang berbeda sepanjang karir bermusik mereka. Tapi anehnya, hal ini tidak membuat mereka lantas dicap sebagai band yang tidak berkarakter, melainkan evolusi untuk menghindari kestagnanan.
Sembilan belas tahun berlalu, dan kini mereka menyuguhkan album ke delapan, The King of Limbs, meneruskan gerilya distribusi via internet setelah In Rainbows. Album yang membuktikan bahwa mereka belum berhenti berevolusi.
Berikut review track per track album Radiohead yang masih diproduseri oleh Nigel Godrich ini.

Bloom

Lagu pembuka dengan dominasi suara perkusi dan drum elektronik bertalu-talu. Mirip dengan nuansa yang terdengar dari ‘15 Step, hanya saja temponya tidak begitu rapat. Pada awal lagu terdengar dentingan piano berulang-ulang dengan tempo cepat yang kemudian patah dan berubah seperti dimanipulasi secara elektronik. Gumaman Thom Yorke di pertengahan lagu yang diikuti dengan alunan terompet membuat nuansa semakin kaya sekaligus tidak terduga. “Don’t blow your mind with why,” katanya. Seolah ingin audiens menikmati karya mereka saja terlebih dahulu sebelum menerka maknanya.

Morning, Mr Magpie

Lagu dengan irama yang cukup upbeat. Ada suasana petikan gitar blues dan bass yang cukup tebal, bertumpuk-tumpuk dan menyaru halus dengan sound elektronika entah apa namanya –Jonny dan Thom bertanggung jawab untuk eksperimen semacam ini. Di pertengahan masing-masing suara seperti memisahkan diri untuk kembali menjadi satu. Mendekati akhir, timbul noise mirip dengung dan perlahan suara-suara lain mulai hilang, menyisakan hanya vokal Thom dan petikan gitar yang mengabur dan hilang seperti saat Electrocardiogram menunjukkan kondisi jantung berhenti. “And now you stole it, all the magic, took my melody,” lirih Thom sebelum penghujung lagu.

Little By Little

Ada beat-beat tertentu pada intro lagu ini yang mengingatkan saya akan ‘Nobody Loves Me’ dari Portishead. Petikan gitar yang sederhana dan tidak terlalu intens bercampur dengan sedikit sentuhan musik country, jazz dan perkusi. Ada nuansa latin pula yang tertangkap. Lagu yang manis dan seduktif. Sediakan telinga sejenak. Tidak sulit untuk jatuh cinta pada track yang satu ini.

Feral

Instrumental yang menawarkan suasana mirip dengan yang digunakan di Morning Mr. Magpie.

Lotus Flower

Single pertama dari album ini. Lima menit undangan berdansa dengan Anda sebagai koreografernya. Sutradara video klipnya, Garth Jennings dan koreografer Wayne McGregornampaknya paham sensasi ini, dan memvisualisasikannya dengan menampilkan sang frontman menari dan menari.
Lirik yang absurd namun manis bercampur dengan loop bass yang elegan dan lembut. Beat drum Phil yang mampu membangun mood dan mengajak Anda membebaskan ekspresi. “I’ll set you free / Slowly we unfurl/ As lotus flowers/ Just to see what if/ Just to see what is/ I can’t kick your habit/ Just to feed your fast ballooning head/ Listen to your heart”

Codex

Mereka yang merindukan dominasi lantunan piano seperti di ‘Pyramid Song’ akan mudah jatuh cinta pada track ini. Berdampingan dengan suara terompet yang syahdu dan orkestra, serta suara lembut nan menenangkan Mr. Yorke. Lagu yang sederhana dengan lirik yang juga menenangkan, “No one gets hurt/ You’ve done nothing wrong”.

Give Up The Ghost

Lagu yang didominasi denting gitar akustik yang kemudian diiringi dengan distorsi suara yang terus-terusan menyanyikan “Don’t hurt me”. Seakan-akan mewakili para jiwa dan hantu yang diceritakan pada liriknya. Lembut, sendu, indah.

Separator

Lagu terakhir di album paling melodius dan lembut sepanjang sejarah Radiohead. Ketukan drum dan simbal yang tipis, membaur dengan bass yang sederhana, sementara petikan gitar dengan manis menyusul untuk mengikat semua nada dan membangun suasana. Tidak terlalu banyak sentuhan elektronika pada penutup ini. Pengingat bagi para penggemar yang sudah mengikuti album demi album kalau mereka masih menyediakan porsi musik yang tidak terlalu eksperimental. Tapi jangan berharap menemukan raungan gitar seperti di album Pablo Honey ataupun The Bends. Ingat, mereka sudah berevolusi, dan (mungkin) tidak perlu repetisi. [Hertiana Dwi P.]

No comments

silahkan raw disini!